Pokmaswas Fajar Bengawan

Mengenal Ikan Uceng (Nemachilus fasciatus)

Penulis: R. Adhariyan Islamy


Genus ini memiliki lebih dari 450 spesies dengan distribusi di Cina bagian selatan, Selatan dan Asia Tenggara, Baluchistan, Iran barat dan timur laut Afrika. Ikan dari genus Nemacheilus ditandai dengan sirip punggung yang agak pendek (7 atau 8 cabang), garis longitudinal, membentuk sebuah band diseluruh tubuh ke arah sirip ekor, bola mata berwarna hitam besar. Lubang hidung dekat satu sama lain , tubular tapi tidak diperpanjang sebagai sungut. Mulut setengah lingkaran, bibir agak berdaging, sangat berkerut, bibir atas dengan sepasang barbel (Kottelat et.al.,1993).

Ikan Uceng (Nemachilus fasciatus)

Ukuran tubuhnya yang kecil dan habitatnya yang berupa bebatuan hingga perairan berkerikil menyebabkan ikan ini mudah untuk bersembunyi dan sangat susah ditangkap. Menurut Brown, (1975) dalam Kottelat et al., (1993), ikan uceng memiliki badan memanjang, ditemukan pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut tinggi, hidup di tepi sungai pada bagian dangkal dan dasar sungai batu, kerikil dan pasir. Spesies ini mampu berenang melawan arus.

Budidaya Ikan Uceng

Saat ini keberadaan ikan uceng di alam liar sangat terancam. Ikan uceng sangat sulit untuk dibudidayakan. Menurut Mark (2006), Spesies ini terbiasa di alam liar. Bila ingin memelihara ikan ini dalam sebuah media seperti akuarium, maka akuarium harus memiliki tingkat aliran air yang baik dan sirkulasi oksigen yang baik pula untuk mensimulasikan sungai di pegunungan yang cukup mengalir. Substrat harus terdiri dari pasir air yang halus atau kerikil yang halus yang akan membantu untuk melindungi daerah barbel sensorik yang sensitif. Sisa tangki harus dilengkapi dengan kerikil/cobbles bulat dan tumpukan batu dan bogwood untuk membuat tempat persembunyian.

Di alam liar, Menurut Fishbase (2010) ikan uceng biasa memakan organisme-organisme bentik dan detritus. Pengetahuan kebiasaan makan ikan uceng di habitat aslinya sangat menentukan dalam mendukung keberhasilan proses pengembangan budidaya.

Kebiasaan Ikan Uceng

Di alam liar pada sore hari biasanya ikan uceng mulai keluar dari persembunyiannya menuju perairan dangkal untuk mencari makan. Hal tersebut berlangsung sampai dengan jam malam hari, dan uceng akan menghilang kembali ke persembunyian dan akan keluar ke kedangkalan lagi antara jam 4 dini hari sampai dengan jam 6 pagi. Setelah jam itupun ikan uceng akan kembali ke persembunyiannya, yang tepatnya pada kedalaman berapa centi meter, namun sangat susah ditemukan.

Mengenal Ikan Uceng (Nemachilus fasciatus)

Alasan utama kenapa spesies ikan tertentu berkumpul di daerah tertentu diperkirakan jadi seperti berikut :
a) Ikan memilih kehidupan lingkungan yang sesuai untuk spesiesnya.
b) Mereka memburu sumber makanan yang berlimpah.
c) Mereka mencari tempat yang sesuai untuk memijah dan berkembang biak.

Daftar Rujukan

Fishbase. 2010.  Nemacheilus fasciatus. www.fishbase.org.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Hongkong: Periplus edition (HK) Ltd. In collaborated with EMDI Project.

https://www.researchgate.net/publication/270508914_Freshwater_fishes_of_western_Indonesia_and_Sulawesi_additions_and_corrections

Mark. 2006. Nemacheilus fasciatus. www.Loaches.org Loaches Online

Sumber Kliping: http://dhariyan.blogspot.co.id

Sinergi untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Perairan Umum Daratan

Istilah Perairan Umum Daratan pertama kali disepakati dalam Round Table Forum Perairan Umum Indonesia ke-2 tahun 2005 di Palembang yang dihadiri oleh birokrat, pakar dan peneliti pusat dan daerah. Istilah ini digunakan untuk mengganti istilah perairan umum, perairan darat dan perairan tawar yang status kepemilikannya dikuasai negara. Perairan umum daratan (PUD) Indonesia yang meliputi danau, waduk, sungai, rawa dan genangan air lainnya, memiliki luas sekitar 54 juta ha. Luasan ini menempatkan posisi PUD Indonesia paling luas di negara asia setelah China (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2004). Demikian disampaikan Dirjen Perikanan Tangkap Dr. Ir. Dedy H Sutisna, MS saat membuka Forum Koordinasi Pengelolaan Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan ke-1 (FODILAPETA PUD I) di Bogor 21 Juni 2010.

Pokmaswas Fajar Bengawan
Pokmaswas Fajar Bengawan (foto: DKP Jawa Timur)
Lebih lanjut dikemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Riset Perikanan Tangkap tahun 2005 (belum dilegalformalkan), total potensi produksi perikanan PUD Indonesia mencapai 3,035 juta ton/tahun yang terdiri dari 2,868 juta ton/tahun dari perairan sungai dan rawa banjiran, 158.000 ton/tahun dari danau dan 9.000 ton/tahun dari waduk. Sementara itu berdasarkan data statistik perikanan tangkap, volume produksi perikanan tangkap di PUD tahun 2008 mencapai 494.395 ton dengan nilai sebesar 5,013 triliun rupiah. Volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di PUD tersebut, masing-masing memberikan sumbangsih sebesar 9,51% dan 5,60% dari total volume produksi dan nilai produksi perikanan tangkap.

Secara keseluruhan perikanan tangkap di PUD memberikan peranan penting dalam hal : (a) sumber protein dan ketahanan pangan, (b) sumber lapangan kerja, dan (c) sumber pendapatan daerah. Sejauh ini, menurut Dr. Ir. Dedy H Sutisna MS, berdasarkan data statistik perikanan tangkap tahun 2008, perikanan tangkap di PUD telah memberikan sumbangan sebesar 494.395 ton dalam penyediaan ikan untuk konsumsi maupun ekspor, dan sebanyak 496.499 orang (nelayan) terlibat dalam penyerapan tenaga kerja perikanan tangkap.

Selanjutnya, Dirjen Perikanan Tangkap, mengemukakan bahwa dalam kerangka pembangunan ekonomi daerah, perikanan tangkap di PUD memberikan kontribusi yang sangat penting. Dicontohkan, Perairan Lebak Lebung di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, telah lebih dari 60 tahun berperan sebagai sumber pendapatan untuk pemerintah daerah melalui mekanisme lelang pemanfaatan perairan yang diselenggarakan secara berkala setiap tahun. Nilai hasil lelang ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1987-1990 nilainya berkisar antara 290,8-316,5 juta rupiah (Nasution et al, 1993) dan pada periode tahun 2000-2004 telah mencapai kisaran 2,5-4,4 miliar rupiah (Dinas Pendapatan Daerah OKI, 2000-2004).

Selain itu dalam perspektif plasma nutfah dan genetik, PUD Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan "mega biodiversity" di dunia. Komisi Nasional Plasma Nutfah Indonesia melaporkan bahwa PUD Indonesia mengandung kekayaan plasma nutfah ikan yang jenisnya sangat banyak, mencapai 25% dari jumlah jenis ikan yang ada di dunia. Dan menurut FAO terdapat sekitar 2.000 jenis ikan. Tambahan pula, beberapa PUD di Indonesia menjadi obyek wisata alam yang menarik dan mendunia seperti Taman Nasional Danau Sentarum.

Dalam forum yang dihadiri oleh Kementerian PU, Kementerian Lingkungan Hidup, para Eselon II dan III lingkup KKP, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi seluruh Indonesia, Dirjen Perikanan Tangkap mengemukakan pentingnya membangun sinergi lintas sektor dalam pengelolaan sumberdaya ikan di PUD. Hal ini cukup beralasan sebab selama ini PUD dimanfaatkan oleh multi sektor, sehingga dampak dari kegiatan sektor lain bisa memberikan gangguan terhadap habitat dan kelestarian sumberdaya ikan. Akhirnya, forum ini memiliki nilai strategis sebagai jalan pembuka untuk membangun sinergi dimaksud, pungkas Dirjen Perikanan Tangkap.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Dedy Sutisna, Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.08158384334)

Senin, 21 Juni 2010 16:48 WIB
Sumber: AntaraNews

Memberi Makan Ikan Bengawan Bukan Lagi Impian

Sudah lama kami Pokmaswas Fajar Bengawan memimpikan sungai yang bersih dan nyaman bagi ikan-ikan asli bengawan Brantas, tempat warga bisa bercanda dengannya, sebagaimana yang pernah kami saksikan di negeri orang. Sempat terlintas juga pertanyaan dalam diri kami, apa mungkin kami dapat memberi makan ikan yang di sungai? Tapi berdasarkan dari pengalaman kami hidup di tepi bengawan, kami punya keyakinan. Jadi bukan untuk menanggung hidup ikan, tapi sekadar untuk memberi makanan tambahan. Makanan utama ikan, biarlah sungai yang menjaminnya dengan habitatnya kami bantu intervensi. Kami tahu ikan tak berbeda dengan manusia. Ikan akan selalu datang ke tempat yang nyaman untuk hidup mereka. Dan tempat yang nyaman bagi ikan adalah sungai memiliki sumber makanan, serta habitat yang melindungi diri mereka dari ancaman. Untuk itu, kami bersama-sama membuat naungan ikan dan menyediakan pakan tambahan untuk mereka yang kelak akan berfungsi sebagai wahana rekreasi bagi keluarga kami. :)




Kini impian itu mulai jadi kenyataan. Anak-anak kami sekarang dapat menikmati jerih payah pelestarian bengawan yang telah kami usahakan. Mereka kini bisa bercanda, membelai, dan memberikan makan ikan-ikan Brantas yang telah berdatangan ke naungan buatan kami. Teman-teman ingin juga memberi makan ikan di sungai bersama keluarga? Ayo datang ke desa kami. Hubungi nomor telepon yang tertera di blog Pokmaswas Fajar Bengawan ini. :)

Cerita Pengantar Menemani Anak Bercanda Bersama Ikan

Lalu pesan apa yang dapat kita sampaikan sebagai orangtua bagi anak-anak kita selagi menemani mereka bermain dan memberi makan ikan? Selain pesan pelestarian lingkungan, kisah-kisah nabi di bawah ini kiranya baik pula dikisahkan untuk dipetik hikmahnya.

Perjuangan Pokmaswas Fajar Bengawan bergelut dengan pelestarian sungai dan ikan mengingatkan kita pada kisah-kisah nabi mengenai ikan. Pertama adalah kisah Nabi Yunus AS dalam perut ikan paus, kedua adalah kisah Nabi Sulaiman AS. Yuk kita simak kembali sambil kita renungkan pelajaran hikmahnya.


Kisah Nabi Yunus AS dalam Perut Ikan Paus

Dalam serangkaian peristiwa yang saling berhubungan, Nabi  Yunus ditakdirkan terceburkan ke laut dan ditolong oleh seekor ikan paus. Ikan itu pun menelan Nabi Yunus hingga beliau dapat tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berzikir dan memohon ampun kepada Allah. 

Kisah Nabi Yunus AS itu terekam dalam Surat Ash- Shaaffaat Ayat 139-144:
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian. Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
Mengapa Nabi Yunus AS harus mengalami peristiwa ini? Keterangannya ada dalam Surat Al-Anbiyaa Ayat 87-88:
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Doa Nabi Yunus dalam ayat itu hingga kini diamalkan banyak orang. “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya).

Kisah Nabi Sulaiman AS Memberi Makan Ikan

Kisah Nabi Sulaiman AS tentang ikan tertulis dalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Nabi Sulaiman AS, utusan Allah SWT yang kaya raya dan memiliki pasukan dari hewan dan jin, ingin memberi makan semua makhluk di bumi selama setahun penuh. Allah SWT menjawab, "Sungguh engkau tidak akan mampu." 

Namun Nabi Sulaiman AS belum menyerah, sehingga kembali mengajukan permohonan yang sama, walaupun hanya untuk satu hari. Permohonan itu kemudian dikabulkan. Sampailah pada harinya, tetapi baru untuk memberi makan jenis ikan-ikan besar saja persediaan makanan beliau yang panjangnya maupun lebarnya setara dengan jarak satu bulan perjalanan itu tidak dapat mengenyangkan para ikan itu. Menyadari hal itu, Nabi Sulaiman AS berkata: “Maha Suci Allah SWT yang telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya.”

Sebagaimana telah digariskan dalam Surat Hud ayat 6:
Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID

Sungai merupakan bagian dari nafas kehidupan masyarakat desa yang penting untuk memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Di bantaran sungai pula, denyut kehidupan kegiatan penduduk desa dapat kita lihat mulai dari kegiatan mandi, mencuci, hingga bergunjing. Sayangnya nilai-nilai tersebut seakan diabaikan oleh sebagian masyarakat yang beranggapan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

Terlecut atas kecintaannya terhadap sungai, ada sekelompok masyarakat mengawasi dan menjaga keasrian dan kebersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas khususnya di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Masyarakat di Blitar Selatan membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang secara swadaya melakukan berbagai kegiatan seperti bebersih, telusur sungai, serangkaian kampanye penyadaran kepada masyarakat, advokasi untuk pelestarian daerah sempadan sungai, dan lain-lain. Mereka sadar bahwa sungai yang bersih akan membawa manfaat untuk harmonisasi kehidupan.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Untuk mengurangi risiko bencana dari cuaca ekstrem serta kerusakan lingkungan seperti banjir dan kekeringan, USAID APIK menyadari pentingnya peran komunitas seperti Pokmaswas. Maka dari itu, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Blitar, USAID APIK mengadakan kegiatan lokakarya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pokmaswas dalam melestarikan lingkungan dan mewujudkan sungai yang bersih. Dengan semakin kuatnya aktor peduli lingkungan di DAS Brantas, diharapkan sistem kelembagaan untuk implementasi Program Kali Bersih (Prokasih), sebuah program pemerintah untuk mengendalikan pencemaran air sungai, juga menguat. Pemeliharaan dan konservasi sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya berkelanjutan dalam pengelolaan risiko bencana. Jika aliran sungai lancar dan bersih dari sampah serta daerah bantaran mampu menampung limpahan air saat debit air sungai bertambah maka diharapkan risiko banjir yang datang ketika musim penghujan dapat berkurang.

Dari diskusi pada lokakarya yang diselenggarakan pada 2—3 Mei ini, terungkap informasi bahwa kondisi Sungai Brantas dan Sungai Lekso, yang mengalir di sepanjang Kabupaten Blitar cukup memprihatinkan dikarenakan resapan limbah pestisida bagi pertanian dan perkebunan yang berlebihan, pembuangan limbah industri ke sungai, penggunaan bom ikan atau racun, penggunaan alat setrum ikan, serta pembuangan sampah. Ketua Pokmaswas Fajar Bengawan, Mohamad Sonhadi mengatakan, “Selama ini banyak sempadan sungai yang berubah fungsi. Belum adanya kejelasan dan ketegasan fungsi sempadan sungai sebagaimana yang seharusnya diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) menyebabkan masyarakat menanam banyak tanaman yang kurang produktif dan tidak semestinya.”

Dalam lokakarya yang dilaksanakan pada tanggal 2—3 Mei 2017 ini hadir beberapa Pokmaswas yang berbagi informasi mengenai aksi nyata yang telah mereka lakukan untuk DAS Brantas. Dalam melestarikan lingkungannya, Pokmaswas Satria Bengawan telah menanam bakau dan 3.500 tanaman buah untuk konservasi dan mencegah abrasi. Di Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Pokmaswas Fajar Bengawan telah mengamankan sungai dari kerusakan dan limbah. Tak mau kalah, Pokmaswas Samurai menjaga keseimbangan ekosistem sungai melalui konservasi labi-labi atau bulus di Kecamatan Kesamben. Sedangkan Pokmaswas Puspa Jagad membentuk desa wisata dan memanfaatkan sungai untuk kegiatan edukasi dan aktivitas olahraga luar ruangan di Desa Semen, Kecamatan Gandusari.

Bertemunya berbagai Pokmaswas yang telah memiliki inisiatif mandiri dan positif dalam lokakarya ini mendorong terbentuknya Forum Pokmaswas sebagai wadah menyatukan langkah untuk memperbaiki DAS Brantas. Dari lokakarya yang berlangsung selama dua hari, Forum Pokmaswas menyepakati beberapa hal antara lain untuk: menjadi media dalam upaya pengawasan serta memelopori pengelolaan sungai agar bersih dan bebas dari sampah atau limbah; mengatasi masalah banjir dan longsor yang dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan dan berdampak terhadap penduduk di sekitar Sungai Brantas dan Sungai Lekso; mengusahakan sungai sebagai tempat wisata dan irigasi; menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dan tidak melakukan praktik menggunakan bom atau racun ataupun alat tidak ramah lingkungan lainnya; menanam pohon untuk mencegah erosi; menjadi kader lingkungan baik di kecamatan ataupun desa; menjadi penggerak dan pegiat kesadaran lingkungan; serta mereboisasi sebagai upaya untuk mencegah banjir.

Dalam kerangka adaptasi perubahan iklim, kehadiran kelompok seperti Pokmaswas yang bekerja secara mandiri dan didasarkan pada kepedulian lingkungan merupakan sebuah modal sosial yang penting. USAID APIK percaya dengan mendukung aktor-aktor strategis seperti Pokmaswas akan mengurangi risiko bencana seperti banjir, longsor, dan abrasi serta meningkatkan ketangguhan masyarakat di sekitar DAS Brantas. (Herry Susanto dan Hairil Hidayatullah)

Sumber Kliping: USAID APIK 

Forum Pokmaswas Kirim Tim Water Rescue untuk Melasti Jolosutro

Forum Pokmaswas Kabupaten Blitar mengirimkan tim Water Rescue untuk acara keagamaan saudara umat Hindu di pantai Jolosutro, Minggu, 19 Maret 2017.

Ini merupakan bentuk pengimbasan dari Pelatihan Water Rescue yang telah diterima dari Badan Penanggulan Bencana Daerah di Pantai Tambakrejo pada akhir November tahun lalu.

Forum Pokmaswas Kabupaten Blitar siap bersama aparat mengamankan acara Melasti di Pantai Jolosutro.
Forum Pokmaswas Kabupaten Blitar siaga mengamankan acara Melasti di Pantai Jolosutro.

Siap mengamankan.
Add caption
Umat Hindu Kabupaten Blitar memulai proses Melasti.


Umat Hindu Kabupaten Blitar memulai proses Melasti.

Umat Hindu Kabupaten Blitar memulai proses Melasti.



Acara Melasti sudah selesai diamankan. Sukses untuk semua!
Pendampingan Acara Melasti sudah selesai dilaksanakan. Sukses untuk semua!

Pemindahan Tukik Blimbing dari Pantai Serang ke Taman Kili-Kili

Setelah melihat kondisi tukik Blimbing yang berada di tempat penangkaran penyu di Mbah jarwo  dan mendengar pertimbangan dari ...., Pokmaswas memutuskan untuk memindahkan tukik Blimbing dari Pantai Serang ke tempat konservasi penyu Taman Kili Kili yang berada di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Trenggalek, pada Jumat, 03 Maret 2017.

Sebagaimana telah diceritakan di SINI, telur-telur Penyu Blimbing dari Pantai Jolosutro telah menetas menjadi tukik-tukik. Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat tukik-tukik Blimbing yang imut dan menggemaskan. Rasanya kami seperti menimbang bayi saja.


Pokmaswas Setelah menunggu waktu, akhirnya telur-telur





Gemas lihat tukik-tukik Blimbing imut, pinjam selfie sedetik saja. :D
Gemas lihat tukik-tukik Blimbing imut, numpang bareng selfie sedetik saja. :D






Pokmaswas Bina Samudra, Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo..


kantor Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Pukul, kami tiba di kantor Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Yang lapar silakan fokus makan, biarlah yang lain menyimak penuturan Pak Kades.  Hehehe.
Aduh, itu gambar apa sih yang ditonton hingga Pak tersipu?
Waktunya foto bareng, selalu menjaga kebersamaan.
Tukik-tukik Blimbing, kau sudah sampai ke tempat yang lebih ideal. Di sini kami akan melanjutkan perawatanmu hingga sampai waktunya nanti kau kembali ke lautan.
 

as



Rapat Pokmaswas (Tindak Lanjut Laporan Illegal Fishing)

Rapat gabungan Pokmasmawas Pud Samurai, Fajar Bengawan, Dewa Ruci, Tunjung Biru dan instansi terkait...tanggapan adanya laporan pelanggaran tentang penyetruman sungai brantas 18-02-2017









Sumber foto: Pokmaswas Samurai

Peningkatan Kapasitas SDM dan Kelembagaan oleh DLH dan UNICEF

Dalam rangka upaya Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-Sumber Air,  Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Blitar bekerja sama dengan UNICEF (United Nations Children's Fund) mengadakan kegiatan kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM dan Kelembagaan bagi Pokmaswas bertempat di kediaman Mas Heru di Desa Satrean Kanigoro, Kamis (16 Februari 2017).

Peningkatan Kapasitas SDM/Kelembagaan Pokmaswas oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Blitar dan UNICEF.
Peningkatan Kapasitas SDM/Kelembagaan Pokmaswas oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Blitar dan UNICEF.

Tugas dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Blitar

Admin belum menemukan peraturan perubahan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) menjadi Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Jadi informasi yang diposting di sini masih mengacu pada Perbup BLH.

Dasar hukum perubahan:
BLH mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup. Untuk melaksanakan tugas tersebut, BLH mempunyai fungsi:
  1. Perencanaan strategis pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan;
  2. Perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup;
  3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang lingkungan hidup;
  4. Pelaksanaan, pengawasan, pengendalian serta evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan bidang lingkungan hidup;
  5. Pelaksanaan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan dalam bidang lingkungan hidup;
  6. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan pada Badan Lingkungan Hidup;
  7. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan;
  8. Pengkoordinasian, integrasi dan sinkronisasi kegiatan bidang Lingkungan Hidup di lingkungan Pemerintah Daerah;
  9. Pembinaan dan pelaksanaan kerjasama dengan masyarakat lembaga pemerintah dan lembaga lainnya;
  10. Pelaksanaan Peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup;
  11. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Salah satu bidang yang ada di BLH yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan dan nemulihan sumber dava alam adalah  Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam (SDA). Di bawah bidang inilah terdapat Subbidang Pemulihan dan Pelestarian Sumber Daya Alam yang salah satu fungsinya adalah melakukan upaya konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber-sumber air.

Pada tahun 2017, untuk Program Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-Sumber Air Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar menentukan target kinerja sebanyak 10 desa/kelurahan. Mengapa Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar menggandeng UNICEF? Ini bisa dilihat dari sejarah dan program-program UNICEF di Indonesia di bawah ini.

UNICEF

United Nations International Children’s Emergency Fund didirikan oleh Majelis Umum PBB pada 11 Desember 1946 to provide emergency food and healthcare to children in countries that had been devastated by World War II. In 1950, UNICEF's mandate was extended to address the long-term needs of children and women in developing countries everywhere. In 1953 it became a permanent part of the United Nations System, and the words "international" and "emergency" were dropped from the organization's name, making it simply the United Nations Children's Fund (Badan PBB untuk Anak-Anak), retaining the original acronym, "UNICEF".

Sejarah Singkat UNICEF di Indonesia

UNICEF membantu Indonesia pertama kali pada 1948. Saat itu terjadi situasi darurat yang memerlukan penanganan cepat akibat kekeringan hebat di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah Indonesia dijalin pertama kali pada 1950. 

Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF tetap dianggap mitra Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan persediaan yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesehatan anak Indonesia dan keluarganya.

Pada awal 1960an, UNICEF berkembang menjadi organisasi pembangunan yang lebih terkonsentrasi pada kesejahteraan anak daripada sekedar bantuan kemanusiaan. Pada 1962, UNICEF melaksanakan program gizi di 100 desa dari delapan propinsi.
Pada November 1966, Menteri Luar Negeri Adam Malik menandatangani perjanjian kerjasama UNICEF dan pemerintah Indonesia sesudah Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Awalnya fokus kerjasama menitikbertakan kelangsungan hidup anak-anak. Baru kemudian fokus berkembang pada masalah-masalah lain yang menguntungkan kedua belah pihak.
Selama 50 tahun, UNICEF memainkan peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita. Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari  20 juta orang Indonesia. 

Bersama dengan mitra-mitranya UNICEF berhasil membantu mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan Anak 2002. Undang-undang ini akan menjadi landasan  hukum bagi perlindungan hak anak.

Program Kerja Sama Indonesia - UNICEF untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun

Mulai 2006, Indonesia dan UNICEF menandatangani perjanjian kerjasama baru untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun Country Programme Action Plan (CPAP).


UNICEF memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang. UNICEF merupakan agensi yang didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada sumbangan dari pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekankan pengembangan pelayanan masyarakat untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.

Program UNICEF di Indonesia dirancang berdasarkan perjanjian dengan Pemerintah Indonesia. UNICEF tidak bisa memenuhi permohonan bantuan keuangan untuk para individu atau sekolah, klub atau organisasi, atau membantu permohonan dana untuk pengobatan dan lain-lain. Tetapi UNICEF dapat memberikan dukungan:
  • bantuan teknis
  • penguatan kapasitas
  • advokasi
  • formulasi kebijakan 
  • promosi isu-isu anak di Indonesia untuk membantu jutaan anak di Indonesia
Kelangsungan hidup anak dan perkembangan dini adalah misi yang diemban UNICEF, mencakup:
  • kesehatan dan gizi ibu dan anak
  • air dan kebersihan lingkungan (sanitasi) 
  • perilaku hidup bersih sehat,
  • pendidikan untuk semua
  • perkembangan remaja termasuk HIV dan AIDS
  • kebijakan sosial
  • perlindungan anak dan dukungan respons darurat 







Sumber:

Fajar Bengawan Lakukan Baksos untuk Korban Bencana Banjir Lodoyo

Musibah sedang menimpa saudara kita di daerah Lodoyo. Sejumlah warga di beberapa wilayah harus mengungsi akibat banjir. Banjir terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi, hampir semalaman mengguyur Lodoyo. Air terus menggenang dengan beragam ketinggian, mulai hingga 20 sentimeter hingga sekitar 1,5 meter. Hujan tersebut juga mengakibatkan tanggul sungai Unut yang berada di Kecamatan Sutojayan jebol sekitar 20 meter, sehingga air melimpah ke perkampungan warga. 

Wilayah terdampak banjir:
Sutojayan, Bacem, Gondanglegi, Kedungbunder, (Kecamatan Sutojayan)

Ngeni (Kecamatan Panggungrejo)

Tim gabungan Pokmaswas mengadakan baksos bagi para korban banjir, meluncur Senin, 13 Februari 2017 menuju posko bantuan korban banjir.

Mobil Baksos pembawa bantuan untuk korban bencana banjir Lodoyo
Mobil Baksos pembawa bantuan untuk korban bencana banjir Lodoyo

Iring-iringan mobil Baksos pembawa bantuan untuk korban bencana banjir

Suasana  area persawahan yang masih terendam banjir, Senin, 13 Februari 2017.
Kondisi area persawahan yang masih terendam banjir, Senin, 13 Februari 2017.
Tiba di Posko Siaga Banjir, foto-foto dulu.


Kondisi jembatan sungai di desa

Anggota Pokmaswas bergotong royong menurunkan barang bantuan makanan dan minuman ke posko logistik di Posko Siaga Banjir,
Istirahat, pemberi bantuan makan juga butuh makan untuk tenaga hehehe.
Sumber foto: Pokmaswas Samurai