Pokmaswas Fajar Bengawan
Home » , , , , » Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID

Sungai merupakan bagian dari nafas kehidupan masyarakat desa yang penting untuk memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Di bantaran sungai pula, denyut kehidupan kegiatan penduduk desa dapat kita lihat mulai dari kegiatan mandi, mencuci, hingga bergunjing. Sayangnya nilai-nilai tersebut seakan diabaikan oleh sebagian masyarakat yang beranggapan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

Terlecut atas kecintaannya terhadap sungai, ada sekelompok masyarakat mengawasi dan menjaga keasrian dan kebersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas khususnya di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Masyarakat di Blitar Selatan membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang secara swadaya melakukan berbagai kegiatan seperti bebersih, telusur sungai, serangkaian kampanye penyadaran kepada masyarakat, advokasi untuk pelestarian daerah sempadan sungai, dan lain-lain. Mereka sadar bahwa sungai yang bersih akan membawa manfaat untuk harmonisasi kehidupan.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Untuk mengurangi risiko bencana dari cuaca ekstrem serta kerusakan lingkungan seperti banjir dan kekeringan, USAID APIK menyadari pentingnya peran komunitas seperti Pokmaswas. Maka dari itu, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Blitar, USAID APIK mengadakan kegiatan lokakarya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pokmaswas dalam melestarikan lingkungan dan mewujudkan sungai yang bersih. Dengan semakin kuatnya aktor peduli lingkungan di DAS Brantas, diharapkan sistem kelembagaan untuk implementasi Program Kali Bersih (Prokasih), sebuah program pemerintah untuk mengendalikan pencemaran air sungai, juga menguat. Pemeliharaan dan konservasi sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya berkelanjutan dalam pengelolaan risiko bencana. Jika aliran sungai lancar dan bersih dari sampah serta daerah bantaran mampu menampung limpahan air saat debit air sungai bertambah maka diharapkan risiko banjir yang datang ketika musim penghujan dapat berkurang.

Dari diskusi pada lokakarya yang diselenggarakan pada 2—3 Mei ini, terungkap informasi bahwa kondisi Sungai Brantas dan Sungai Lekso, yang mengalir di sepanjang Kabupaten Blitar cukup memprihatinkan dikarenakan resapan limbah pestisida bagi pertanian dan perkebunan yang berlebihan, pembuangan limbah industri ke sungai, penggunaan bom ikan atau racun, penggunaan alat setrum ikan, serta pembuangan sampah. Ketua Pokmaswas Fajar Bengawan, Mohamad Sonhadi mengatakan, “Selama ini banyak sempadan sungai yang berubah fungsi. Belum adanya kejelasan dan ketegasan fungsi sempadan sungai sebagaimana yang seharusnya diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) menyebabkan masyarakat menanam banyak tanaman yang kurang produktif dan tidak semestinya.”

Dalam lokakarya yang dilaksanakan pada tanggal 2—3 Mei 2017 ini hadir beberapa Pokmaswas yang berbagi informasi mengenai aksi nyata yang telah mereka lakukan untuk DAS Brantas. Dalam melestarikan lingkungannya, Pokmaswas Satria Bengawan telah menanam bakau dan 3.500 tanaman buah untuk konservasi dan mencegah abrasi. Di Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Pokmaswas Fajar Bengawan telah mengamankan sungai dari kerusakan dan limbah. Tak mau kalah, Pokmaswas Samurai menjaga keseimbangan ekosistem sungai melalui konservasi labi-labi atau bulus di Kecamatan Kesamben. Sedangkan Pokmaswas Puspa Jagad membentuk desa wisata dan memanfaatkan sungai untuk kegiatan edukasi dan aktivitas olahraga luar ruangan di Desa Semen, Kecamatan Gandusari.

Bertemunya berbagai Pokmaswas yang telah memiliki inisiatif mandiri dan positif dalam lokakarya ini mendorong terbentuknya Forum Pokmaswas sebagai wadah menyatukan langkah untuk memperbaiki DAS Brantas. Dari lokakarya yang berlangsung selama dua hari, Forum Pokmaswas menyepakati beberapa hal antara lain untuk: menjadi media dalam upaya pengawasan serta memelopori pengelolaan sungai agar bersih dan bebas dari sampah atau limbah; mengatasi masalah banjir dan longsor yang dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan dan berdampak terhadap penduduk di sekitar Sungai Brantas dan Sungai Lekso; mengusahakan sungai sebagai tempat wisata dan irigasi; menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dan tidak melakukan praktik menggunakan bom atau racun ataupun alat tidak ramah lingkungan lainnya; menanam pohon untuk mencegah erosi; menjadi kader lingkungan baik di kecamatan ataupun desa; menjadi penggerak dan pegiat kesadaran lingkungan; serta mereboisasi sebagai upaya untuk mencegah banjir.

Dalam kerangka adaptasi perubahan iklim, kehadiran kelompok seperti Pokmaswas yang bekerja secara mandiri dan didasarkan pada kepedulian lingkungan merupakan sebuah modal sosial yang penting. USAID APIK percaya dengan mendukung aktor-aktor strategis seperti Pokmaswas akan mengurangi risiko bencana seperti banjir, longsor, dan abrasi serta meningkatkan ketangguhan masyarakat di sekitar DAS Brantas. (Herry Susanto dan Hairil Hidayatullah)

Sumber Kliping: USAID APIK 

0 comments:

Post a Comment