Pokmaswas Fajar Bengawan

Memberi Makan Ikan Bengawan Bukan Lagi Impian

Sudah lama kami Pokmaswas Fajar Bengawan memimpikan sungai yang bersih dan nyaman bagi ikan-ikan asli bengawan Brantas, tempat warga bisa bercanda dengannya, sebagaimana yang pernah kami saksikan di negeri orang. Sempat terlintas juga pertanyaan dalam diri kami, apa mungkin kami dapat memberi makan ikan yang di sungai? Tapi berdasarkan dari pengalaman kami hidup di tepi bengawan, kami punya keyakinan. Jadi bukan untuk menanggung hidup ikan, tapi sekadar untuk memberi makanan tambahan. Makanan utama ikan, biarlah sungai yang menjaminnya dengan habitatnya kami bantu intervensi. Kami tahu ikan tak berbeda dengan manusia. Ikan akan selalu datang ke tempat yang nyaman untuk hidup mereka. Dan tempat yang nyaman bagi ikan adalah sungai memiliki sumber makanan, serta habitat yang melindungi diri mereka dari ancaman. Untuk itu, kami bersama-sama membuat naungan ikan dan menyediakan pakan tambahan untuk mereka yang kelak akan berfungsi sebagai wahana rekreasi bagi keluarga kami. :)




Kini impian itu mulai jadi kenyataan. Anak-anak kami sekarang dapat menikmati jerih payah pelestarian bengawan yang telah kami usahakan. Mereka kini bisa bercanda, membelai, dan memberikan makan ikan-ikan Brantas yang telah berdatangan ke naungan buatan kami. Teman-teman ingin juga memberi makan ikan di sungai bersama keluarga? Ayo datang ke desa kami. Hubungi nomor telepon yang tertera di blog Pokmaswas Fajar Bengawan ini. :)

Cerita Pengantar Menemani Anak Bercanda Bersama Ikan

Lalu pesan apa yang dapat kita sampaikan sebagai orangtua bagi anak-anak kita selagi menemani mereka bermain dan memberi makan ikan? Selain pesan pelestarian lingkungan, kisah-kisah nabi di bawah ini kiranya baik pula dikisahkan untuk dipetik hikmahnya.

Perjuangan Pokmaswas Fajar Bengawan bergelut dengan pelestarian sungai dan ikan mengingatkan kita pada kisah-kisah nabi mengenai ikan. Pertama adalah kisah Nabi Yunus AS dalam perut ikan paus, kedua adalah kisah Nabi Sulaiman AS. Yuk kita simak kembali sambil kita renungkan pelajaran hikmahnya.


Kisah Nabi Yunus AS dalam Perut Ikan Paus

Dalam serangkaian peristiwa yang saling berhubungan, Nabi  Yunus ditakdirkan terceburkan ke laut dan ditolong oleh seekor ikan paus. Ikan itu pun menelan Nabi Yunus hingga beliau dapat tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berzikir dan memohon ampun kepada Allah. 

Kisah Nabi Yunus AS itu terekam dalam Surat Ash- Shaaffaat Ayat 139-144:
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian. Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
Mengapa Nabi Yunus AS harus mengalami peristiwa ini? Keterangannya ada dalam Surat Al-Anbiyaa Ayat 87-88:
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Doa Nabi Yunus dalam ayat itu hingga kini diamalkan banyak orang. “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya).

Kisah Nabi Sulaiman AS Memberi Makan Ikan

Kisah Nabi Sulaiman AS tentang ikan tertulis dalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Nabi Sulaiman AS, utusan Allah SWT yang kaya raya dan memiliki pasukan dari hewan dan jin, ingin memberi makan semua makhluk di bumi selama setahun penuh. Allah SWT menjawab, "Sungguh engkau tidak akan mampu." 

Namun Nabi Sulaiman AS belum menyerah, sehingga kembali mengajukan permohonan yang sama, walaupun hanya untuk satu hari. Permohonan itu kemudian dikabulkan. Sampailah pada harinya, tetapi baru untuk memberi makan jenis ikan-ikan besar saja persediaan makanan beliau yang panjangnya maupun lebarnya setara dengan jarak satu bulan perjalanan itu tidak dapat mengenyangkan para ikan itu. Menyadari hal itu, Nabi Sulaiman AS berkata: “Maha Suci Allah SWT yang telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya.”

Sebagaimana telah digariskan dalam Surat Hud ayat 6:
Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID

Sungai merupakan bagian dari nafas kehidupan masyarakat desa yang penting untuk memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Di bantaran sungai pula, denyut kehidupan kegiatan penduduk desa dapat kita lihat mulai dari kegiatan mandi, mencuci, hingga bergunjing. Sayangnya nilai-nilai tersebut seakan diabaikan oleh sebagian masyarakat yang beranggapan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

Terlecut atas kecintaannya terhadap sungai, ada sekelompok masyarakat mengawasi dan menjaga keasrian dan kebersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas khususnya di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Masyarakat di Blitar Selatan membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang secara swadaya melakukan berbagai kegiatan seperti bebersih, telusur sungai, serangkaian kampanye penyadaran kepada masyarakat, advokasi untuk pelestarian daerah sempadan sungai, dan lain-lain. Mereka sadar bahwa sungai yang bersih akan membawa manfaat untuk harmonisasi kehidupan.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan oleh DLHK dan USAID
Untuk mengurangi risiko bencana dari cuaca ekstrem serta kerusakan lingkungan seperti banjir dan kekeringan, USAID APIK menyadari pentingnya peran komunitas seperti Pokmaswas. Maka dari itu, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Blitar, USAID APIK mengadakan kegiatan lokakarya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pokmaswas dalam melestarikan lingkungan dan mewujudkan sungai yang bersih. Dengan semakin kuatnya aktor peduli lingkungan di DAS Brantas, diharapkan sistem kelembagaan untuk implementasi Program Kali Bersih (Prokasih), sebuah program pemerintah untuk mengendalikan pencemaran air sungai, juga menguat. Pemeliharaan dan konservasi sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya berkelanjutan dalam pengelolaan risiko bencana. Jika aliran sungai lancar dan bersih dari sampah serta daerah bantaran mampu menampung limpahan air saat debit air sungai bertambah maka diharapkan risiko banjir yang datang ketika musim penghujan dapat berkurang.

Dari diskusi pada lokakarya yang diselenggarakan pada 2—3 Mei ini, terungkap informasi bahwa kondisi Sungai Brantas dan Sungai Lekso, yang mengalir di sepanjang Kabupaten Blitar cukup memprihatinkan dikarenakan resapan limbah pestisida bagi pertanian dan perkebunan yang berlebihan, pembuangan limbah industri ke sungai, penggunaan bom ikan atau racun, penggunaan alat setrum ikan, serta pembuangan sampah. Ketua Pokmaswas Fajar Bengawan, Mohamad Sonhadi mengatakan, “Selama ini banyak sempadan sungai yang berubah fungsi. Belum adanya kejelasan dan ketegasan fungsi sempadan sungai sebagaimana yang seharusnya diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) menyebabkan masyarakat menanam banyak tanaman yang kurang produktif dan tidak semestinya.”

Dalam lokakarya yang dilaksanakan pada tanggal 2—3 Mei 2017 ini hadir beberapa Pokmaswas yang berbagi informasi mengenai aksi nyata yang telah mereka lakukan untuk DAS Brantas. Dalam melestarikan lingkungannya, Pokmaswas Satria Bengawan telah menanam bakau dan 3.500 tanaman buah untuk konservasi dan mencegah abrasi. Di Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Pokmaswas Fajar Bengawan telah mengamankan sungai dari kerusakan dan limbah. Tak mau kalah, Pokmaswas Samurai menjaga keseimbangan ekosistem sungai melalui konservasi labi-labi atau bulus di Kecamatan Kesamben. Sedangkan Pokmaswas Puspa Jagad membentuk desa wisata dan memanfaatkan sungai untuk kegiatan edukasi dan aktivitas olahraga luar ruangan di Desa Semen, Kecamatan Gandusari.

Bertemunya berbagai Pokmaswas yang telah memiliki inisiatif mandiri dan positif dalam lokakarya ini mendorong terbentuknya Forum Pokmaswas sebagai wadah menyatukan langkah untuk memperbaiki DAS Brantas. Dari lokakarya yang berlangsung selama dua hari, Forum Pokmaswas menyepakati beberapa hal antara lain untuk: menjadi media dalam upaya pengawasan serta memelopori pengelolaan sungai agar bersih dan bebas dari sampah atau limbah; mengatasi masalah banjir dan longsor yang dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan dan berdampak terhadap penduduk di sekitar Sungai Brantas dan Sungai Lekso; mengusahakan sungai sebagai tempat wisata dan irigasi; menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dan tidak melakukan praktik menggunakan bom atau racun ataupun alat tidak ramah lingkungan lainnya; menanam pohon untuk mencegah erosi; menjadi kader lingkungan baik di kecamatan ataupun desa; menjadi penggerak dan pegiat kesadaran lingkungan; serta mereboisasi sebagai upaya untuk mencegah banjir.

Dalam kerangka adaptasi perubahan iklim, kehadiran kelompok seperti Pokmaswas yang bekerja secara mandiri dan didasarkan pada kepedulian lingkungan merupakan sebuah modal sosial yang penting. USAID APIK percaya dengan mendukung aktor-aktor strategis seperti Pokmaswas akan mengurangi risiko bencana seperti banjir, longsor, dan abrasi serta meningkatkan ketangguhan masyarakat di sekitar DAS Brantas. (Herry Susanto dan Hairil Hidayatullah)

Sumber Kliping: USAID APIK